Tanggal 16 Agustus 2020 tepat jam 15:00wib Rombongan Sesi 1 (pertama) Kami berangkat menuju Singolangu,

tujuan kami Berlari melewati "jalur klasik" pendakian ke Gunung Lawu dengan cara berlari "Trail RUN" setelah kami pelajari jalur singolangu mempunyai karakter lintasan dominan tanah di sertai hutan yang masih jarang terjamah oleh khalayak ramai.



Rombongan sesi 1 (pertama) berangkat jam 02:02 dini hari, target kami mengejar Matahari Terbit di puncak lawu, Base Camp Singolangu berada di ketinggian 1.314 mdpl. 

Sedangkan rombongan sesi 2 (dua) jam 05:00 pagi berjumlah 8 orang.


Pendakian Gunung Lawu via Singlangu bisa ditempuh kurang lebih dalam waktu 8 jam (menurut pengelola). 






Di jalur pendakian ini terdapat banyak titik area camp bagi para pendaki yang ingin mendirikan tenda dan beristirahat. Terdapat 5 pos di jalur pendakian ini mulai dari gerbang pendakian hingga puncak Hargo Dumilah. Diantara pos-pos inilah nantinya para pendaki akan menemukan beberapa situs yang diyakini sebagai petilasan Prabu Brawijaya V



Dari Base Camp Singolangu menuju pos 1 rute yg kami lewati dominan jalan berbatu di kanan kiri terdapat tanaman sayur dan rumput gajah masyarakat desa.


Pos 1 Kerun-Kerun, Jalur yang dilalui hingga pos ini masih terhitung landai dan hanya terdapat beberapa tanjakan yang menguras tenaga. 


Pos 2 Banyu Urip, di sini terdapat  daerah yang cukup luas dan landai di sekitaran pos tersebut yang bisa menampung beberapa tenda. Selain itu di Pos 2 pada pendaki bisa mengisi kembali pasokan air minum karena kira-kira 150 meter dari pos ini terdapat sumber mata air, yakni Sendang Banyu Urip.


Setelah berlari  dari Pos 2 Banyu Urip, kami melewati pohon cemara besar yang sudah tumbang dan memiliki ruang di tengah-tengah batangnya. Pohon cemara tersebut dikenal sebagai Cemoro Lawang. 


Jalur Lari dari Pos 2 ke Pos 3 sudah mulai menanjak meskipun tidak terlalu curam. Mulai dari Pos 3 inilah nantinya  harus mempersiapkan stamina yang ekstra karena medan yang akan dilalui setelah pos ini lebih dominan menanjak. 


Pos 3  berada di tengah-tengah hamparan hutan cemara. Oleh sebab itu pos ini dinamakan sebagai Cemaran. Di Pos 3 para pendaki juga bisa mendirikan tenda karena daerah di sekitar pos ini cukup luas.


Jalur pendakian dari Pos 3 ke Pos 4 bisa dibilang sebagai jalur yang paling berat dibandingkan dengan keseluruhan medan jalur pendakian Gunung Lawu via Singolangu. 


Diantara pos ini nantinya para pendaki akan melewati Tanjakan Penggik Cahyo. Dibutuhkan stamina dan tekad yang kuat untuk melewati jalur ini. Hal ini disebabkan karena medan yang dihadapi tanjakan dengan kemiringan hampir 45 derajat sepanjang lebih kurang 500 meter. 

 



Pemandangan alam yang disuguhkan sangat memukau  dari pos ini vegetasi pohon sudah tidak terlalu banyak. Selain itu di pos ini  juga bisa medirikan tenda, meskipun tidak terdapat banyak ruang karena daerah di sekitar Pos 4 tidak seluas pos-pos sebelumnya.



Pos 5 Cokro Paningalan berada setelah para pendaki menempuh perjalanan  dari Pos 4 Taman Edelweis. Pos ini dinamakan sebagai Cokro Paningalan karena dari pos ini  bisa melihat sejauh mata memandang bagaimana indahnya ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Bisa dibilang bahwa pemandangan yang terdapat di pos ini merupakan pemandangan yang paling bagus dibandingkan dengan pos-pos sebelumnya. Jalur dari Pos 4 ke pos ini menguras cukup banyak tenaga karena secara keseluruhan medan yang dilalui di dominasi tanjakan. 




Sendang Drajat, Di sini para pelari bisa kembali mengisi persediaan air yang bisa diambil dari sumber mata air tersebut atau yang sudah tersedia di warung2 sebelahnya. termasuk yang butuh asupan makanan bisa langsung singgah ke Warung Mbok To yang berada tepat di sebelah Sendang Drajat. rombongan pelari meneruskan perjalanan menuju Hargo Dumilah merupakan puncak tertinggi Gunung Lawu.





team 1 PTR

Team 1 PTR







di Puncak Hargo Dumilah saat itu 17 Agustus 2020 juga di adakan upacara pengibaran sang saka merah putih rombongan lari ikut melaksanakan upacara walaupun suasana sangat ramai, perjalanan kami lanjutkan balik lagi ke Sendang Drajat untuk sekedar instirahat dan mengisi persediaan air minum. 


Setelah Beristirahat 10 menit rombongan lari melanjutkan turun melalui jalur yang sama sampai ke base camp Singolangu, perjalanan pulang juga tidak kalah tantangnya, banyaknya bekas potongan pohon di sekitar jalan tanah berbatu kecil juga menjadi chalenge tersendiri bagi seorang pelari.


Sesekali terlihat beberapa orang dari kami jatuh "ndlosor" mengakibatkan luka kecil di kaki dan tangan, menambah keseruan saat perjalanan pulang.

Rombongan 2 PTR